Jumat, 05 Oktober 2012

Musik Dalam Sosial

Dalam perjalanannya perubahan sosial tentu mengalami fase-fase tersendiri, ada yang terjadi secara radikal, tetapi ada juga yang berlangsung secara lambat. Perubahan sosial harusnya dimaknai sebagai sebuah tanda menuju kebaikan, bukan malah sebaliknya. Namun realitas yang terjadi, terkadang ketidak-mampuan masyarakat menerima sesuatu perubahan menjadikan kondisi yang tidak lebih baik dari sebelumnya.
Tentu kita menyadari bahwa perubahan sosial dapat terjadi jika seluruh elemen ikut bergerak,tapi untuk memulainya tidak salahnya jika elemen-elemen menyuarakan atau melakukan sebuah gerakan –gerakan, yang mana nantinya gerakan-gerakan ini akan menjadi sebuah gelombang besar untuk sebuah perubahan.

Musik dalam ranah sosial
Kehadiran teknologi saat ini sangat berperan penting dalam proses perubahan sosial, berbagai kasus saja misalnya, krisis timur tengah yang terjadi beberapa waktu disebabkan oleh jejaring sosial yang begitu masif melancarkan propaganda dan seruan untuk menggulingkan kekuasaan tiran di timur tengah. Media jejaring sosial seperti facebook dan twitter menjadi ruang sosial baru yang terbukti ampuh melakukan gerakan sosial, jejaring sosial ini menjadi senjata andalan yang baru bagi para penggerak gerakan sosial untuk melawan ketidak-adilan. Lalu bagaimana dengan musik?
Musik seharusnya mampu memiliki peran yang strategis dalam melakukan perubahan di masyarakat, hampir seluruh penduduk di dunia ini mendengarkan musik, baik dengan genre musik yang berbeda-beda sesuai dengan selera mereka masing-masing. Tentunya ini menjadi catatan penting,bahwa musik mempunyai ruang istimewa di masyarakat, lihat saja jika ada konser musik, ribuan bahkan jutaan penduduk tumpah ruah ke arena konser. Lalu apa yang menjadi senjata dari musik hingga bisa membuat sebuah gerakan perubahan?
Terlepas dari genre yang ada dalam music seperti Dangdut, Reage, Metal, Punk, Jazz, Blues atau pun genre yang lain, kekuatan utama dalam musik adalah lirik, lirik hadir sebagai ungkapan-ungkapan tertentu terhadap sebuah kondisi, lirik menjadikan jembatan penghubung antara pemusik dengan penikmat musik. Komunikasi dua arah ini akan menjadi kekuatan yang besar, jika lirik yang disampaikan pun mengandung pesan-pesan yang syarat dengan perlawanan dan realitas yang sebenarnya. Pergerakan-pergerakan yang dilakukan melalui musik dapat kita lihat dari munculnya kaum hippies pada era 60-an. Gerakan tahun 1960-an yang timbul di pantai Barat Amerika Serikat itu terkenal dengan berbagai bentuk protes seperti a.l.: Beatnik & Gerakan Protes Sosial. Sebenarnya cikal-bakal gerakan protes itu dimulai dikalangan para seniman Bohemia yang tinggal dalam commune (komunitas) di San Francisco (north beach), Los Angeles, Venice West, & Greenwich di New York. Gerakan ini berciri gerakan sosial dan sastra yang terbatas pada dasawarsa 1950-an, dan mengaku sebagai ‘generasi beat’ yang kemudian dikenal sebagai ‘beatniks.’ (http://www.indowebster.web.id/archive/index.php/t-46497.html). Pada zaman itu muncul band-band yang menyuarakan lirik-lirik bertema kritik sosial seperti, The Doors, Jimi Hendrix, Janis Joplin, Led Zepplin. Yang notabene band-band tersebut merupakan pelopor lahirnya musik-musik yang lebih ekstrem lagi dalam perkembangan musik itu sendiri.
Underground “ Pola Alternatif “
Musik underground merujuk ke berbagai macam sub-genre musik yang biasanya mengembangkan sub-budaya sendiri meskipun tanpa permintaan pasar khalayak ramai, kurang dikenali dan bukan musik yang komersil. Band underground dan para artis-artisnya sering membuat kontrak dengan perusahaan rekaman independen. Mereka biasanya mempromosikan musik di tempat-tempat kecil, dari mulut ke mulut, situs internet, fanzine dan sekolah atau komunitas radio. (http://id.wikipedia.org/wiki/Musik_underground)
Underground merupakan sebuah fenomena dalam musik, kehadirannya adalah sebagai bentuk perlawanan terhadap kemapanan, kemapanan bukan dalam arti tidak ingin mapan, tetapi mencoba mencari alternatif baru untuk menyampaikan pesan mereka lewat bermusik. Saluran-saluran formal seperti mayor label dan berpakaian formal ketika bermusik, coba mereka hindari, dan menemukan pola-pola baru melalui kreativitas yang mereka punyai. Dalam perjalanannya tentu saja tidak mudah,banyak tantangan yang terjadi, dari musik yang keras hingga lirik yang susah dicerna, sehingga genre musik ini menjadi ekslusif dikalangan sendiri.
Kehadiran genre musik dengan pola-pola alternatif tentu sangat diharapkan untuk mampu melakukan tugasnya sebagai agen perubahan dalam masyarakat, meski harus diakui bahwa perjalanan ini tidaklah mudah. Masyarakat saat ini disuguhkan oleh kapitalisme musik yang instant, menjadi pemusik bukan karena pemahaman bahwa musik merupakan ruang sosial untuk perubahan, tetapi bermusik untuk terkenal, maka sangat pantas jika sekarang banyak produk-produk instan yang muncul dalam dunia musik.
Akhirnya, bangkitlah kembali, tetap usung idealisme, suarakan perlawanan lewat lirik dan nada, dan pastikan Indonesia Sejahtera dalam peluk melodi, dentuman Drum, Alunan Bass Dan Harmoninya Suara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar